Algoritma Divide and Conquer
Sejarah Divide and Conquer Pada
zaman dahulu, divide and conquer merupakan strategi militer yang dikenal
dengannama divide ut imperes. Saat ini strategi tersebut menjadi strategi
fundamental di dalam ilmu komputer dengan nama divide and conquer. Algoritma
divide and conquer ini ditemukan oleh seorang ilmuwan Rusia bernama Anatolii
Alexeevich Karatsuba pada tahun 1960. Pada mulanya beliau menemukan algoritma
yang lebih mangkus untuk mengalikan dua buah bilangan bulat yang besar.
Definisi Algoritma Divide and Conquer
Algoritma
Divide and Conquer merupakan algoritma yang sangat populer di dunia Ilmu
Komputer. Divide and Conquer merupakan algoritma yang berprinsip memecah-mecah
permasalahan yang terlalu besar menjadi beberapa bagian kecil sehingga lebih
mudah untuk diselesaikan. Langkah-langkah umum algoritma Divide and Conquer :
Divide :
Membagi masalah menjadi beberapa upa-masalah yang memiliki kemiripan dengan
masalah semula namun berukuran lebih kecil ( idealnya berukuran hampir sama ).
Conquer :
Memecahkan ( menyelesaikan ) masing-masing upa-masalah ( secara rekursif ).
Combine :
Menggabungkan solusi masing-masing upa-masalah sehingga membentuk solusi masalah semula.
Objek
masalah yang di bagi adalah masukan (input) atau instances yang berukuran n:
tabel (larik), matriks, dan sebagainya, bergantung pada masalahnya. Tiap-tiap
upa-masalah mempunyai karakteristik yang sama (the same type) dengan
karakteristik masalah asal, sehingga metode Divide and Conquer lebih natural
diungkapkan dalam skema rekursif. Sesuai dengan karakteristik pembagian dan
pemecahan masalah tersebut, maka algoritma ini dapat berjalan baik pada
persoalan yang bertipe rekursif (perulangan dengan memanggil dirinya sendiri).
Dengan demikian, algoritma ini dapat diimplementasikan dengan cara iteratif (
perulangan biasa ), karena pada prinsipnya iteratif hampir sama dengan
rekursif. Salah satu penggunaan algoritma ini yang paling populer adalah dalam
hal pengolahan data yang bertipe array ( elemen larik ). Mengapa ? Karena
pengolahan array pada umumnya selalu menggunakan prinsip rekursif atau
iteratif. Penggunaan secara spesifik adalah untuk mencari nilai minimal dan
maksimal serta untuk mengurutkan elemen array. Dalam hal pengurutan ini ada
empat macam algoritma pengurutan yang berdasar pada algoritma Divide and
Conquer, yaitu merge sort, insert sort, quick sort, dan selection sort. Merge
sort dan Quick sort mempunyai kompleksitas algoritma O(n ²log n). Hal ini lebih
baik jika dibandingkan dengan pengurutan biasa dengan menggunakan algoritma
brute force.
Skema Umum
Algoritma Divide and Conquer :
Penerapan
Algoritma
1. Pemecahan Masalah Convex Hull dengan Algoritma Divide and Conquer
Pada
penyelasaian masalah pencarian Convex Hull dengan menggunakan algoritma Divide
and Conquer, hal ini dapat dipandang
sebagai generalisasi dari algoritma pengurutan merge sort. Berikut ini merupakan garis besar gambaran dari algoritmanya:
Pertama-tama
lakukan pengurutan terhadap titik-titik dari himpunan S yang diberika
berdasarkan koordinat absis-X, dengan kompleksitas waktu O(n log n).
Jika |S| ≤
3, maka lakukan pencarian convex hull secara brute-force dengan kompleksitas
waktu O(1). (Basis).
Jika tidak,
partisi himpunan titik-titik pada S menjadi 2 buah himpunan A dan B, dimana A
terdiri dari setengah jumlah dari |S| dan titik dengan koordinat absix-X yang
terendah dan B terdiri dari setengah dari jumlah |S| dan titik dengan koordinat
absis-X terbesar.
Secara
rekursif lakukan penghitungan terhadap HA = conv(A) dan HB = conv(B).
Lakukan
penggabungan (merge) terhadap kedua hull tersebut menjadi convex hull, H,
dengan menghitung da mencari upper dan lower tangents untuk HA dan HB dengan
mengabaikan semua titik yang berada diantara dua buah tangen ini.
Permasalahan
convex hull adalah sebuah permasalahan yang memiliki aplikasi terapan yang
cukup banyak, seperti pada permasalahan grafika komputer, otomasi desain,
pengenalan pola (pattern recognition), dan penelitian operasi. Divide and
Conquer adalah metode pemecahan masalah yang bekerja dengan membagi masalah
menjadi beberapa upa-masalah yang lebih kecil, kemudian menyelesaikan
masing-masing upa-masalah tersebut secara independent, dan akhirnya menggabungkan
solusi masing-masing upa-masalah sehingga menjadi solusi dari masalah semula.
Algoritma
Divide and Conquer merupakan salah satu solusi dalam penyelesaian masalah
convex hull. Algoritma ini ternyata memiliki kompleksitas waktu yang cukup
kecil dan efektif dalam menyelesaikan permasalahan ini (jika dibandingkan
algoritma lain). Selain itu juga, algoritma ini dapat digeneralisasi untuk
permasalahan convex hull yang berdimensi lebih dari 3.
2. Persoalan Minimum dan Maksimum (MinMaks)
Persoalan : Misalnya
diketahui table A yang berukuran n eleman sudah berisi nilai integer. Kita
ingin menentukan nilai minimum dan nilai maksimum sekaligus di dalam table
tersebut. Misalkan tabel A berisi elemen-elemen sebagai berikut :
Ide dasar
algoritma secara Divide and Conquer :
Ukuran table
hasil pembagian dapat dibuat cukup kecil sehingga mencari minimum dan maksimum
dapat diselesaikan (SOLVE) secara lebih mudah. Dalam hal ini, ukuran kecil yang
dipilih adalah 1 elemen atau 2 elemen.
Algoritma
MinMaks :
1. Untuk
kasus n = 1 atau n = 2,
SOLVE : Jika
n = 1, maka min = maks = An. Jika n = 2, maka bandingkan kedua elemen untuk
menentukan min dan maks.
2. Untuk
kasus n > 2,
DIVIDE :
Bagi dua table A secara rekursif menjadi dua bagian yang berukuran sama, yaitu
bagian kiri dan bagian kanan.
CONQUER :
Terapkan algoritma Divide and Conquer untuk masing-masing bagian, dalam hal ini
min dan maks dari table bagian kiri dinyatakan dalam peubah min1 dan maks1, dan
min dan maks dari table bagian kanan dinyatakan dalam peubah min2 dan maks2.
COMBINE : Bandingkan min1 dan min2 untuk menentukan min table A, serta bandingkan maks1 dan maks2 untuk menentukan maks table A.
3.
Optimasi Konversi Bilangan Desimal Ke Biner
Salah satu cara optimasi yang bias kita lakukan adalah membagi bilangan decimal yang hendak diubah dengan angka 8 ( bukan 2 ). Di sinilah prinsip algoritma Divide and Conquer kita gunakan untuk melakukan optimasi. Kita pecah-pecah angka decimal yang akan kita gunakan dengan cara membaginya dengan angka 8 secara berulang. Angka-angka sisa pembagian yang kita peroleh kemudian kita ubah ke dalam bilangan biner sebelum kita gabungkan menjadi hasil jawaban.
Karena angka pembagi yang kita pakai adalah 8 (23), maka kita dapat mengurangijumlah pembagian yang kita lakukan menjadi ± 1/3 dari jumlah semula. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada kinerja dan waktu yang diperlukan oleh computer mengingat proses pembagian merupakan salah satu proses yang cukup rumit.
Tentu saja
optimasi ini harus kita bayar dengan menangani konversi bilangan octal ke
biner. Akan tetapi jika kita gunakan teknik perbandingan ( tanpa harus
melakukan konversi secara manual ), maka proses ini akan menjadi sangat cepat
dan mudah. Penerapan algoritma ini adalah dengan menggunakan sintaks case of.
Begitu juga dengan permasalahan pemakaian memori ( kompleksitas ruang ) yang
lebih besar yang muncul akibat penggunaan algoritma rekursif. Karena pada
proses rekursif-nya kita tidak banyak menggunakan variable yang memerlukan
tempat yang begitu besar, maka hal ini bias kita abaikan. Dengan penggunaan
optimasi ini, maka seharusnya proses konversi akan lebih cepat karena
pemangkasan jumlah pembagian yang dilakukan.
Skema
procedur utama Konversi dengan optimasi
Skema
procedur rekursif dengan menerapkan Algoritma Divide and Conquer
Kompleksitas
waktu algoritma :
T(n) =
O(n/3)
dengan n
menyatakan eksponen terkecil dari 2 yang mempunyai nilai 2n lebuh besar dari
angka decimal
Algoritma
konversi system bilangan dengan menggunakan algoritma dengan optimasi yang
menerapkan algoritma Divide and Conquer lebih mangkus daripada algoritma
konversi dengan metode pembagian sisa biasa jika dilihat dari segi kompleksitas
waktunya. Hanya saja optimasi ini diimbangi dengan kenaikan pada kompleksitas
ruangnya, meskipun pengaruhnya tidak sebesar optimasi yang kita lakukan.
4. Mencari
Pasangan Titik yang Jaraknya Terdekat ( Closest Pair )
Persoalan :
Diberikan himpunan titik, P, yang terdiri dari n buah titik, (xi,yi), pada
bilangan 2-D. Tentukan jarak terdekat antara dua buah titik di dalam himpunan
P. Jarak dua buah titik p1 = (x1, y1) dan p2 = (x2, y2) :
Penyelesaian
dengan Algoritma Divide and Conquer :
a. Asumsi :
n = 2k dan titik-titik diurut berdasarkan absis (x).
b. Algoritma
Closest Pair :
– SOLVE :
jika n = 2, maka jarak kedua titik dihitung langsung dengan rumus Euclidean.
– DIVIDE :
Bagi titik-titik itu ke dalam dua bagian, PLeft dan PRight, setiap bagian mempunyai
jumlah titik yang sama
– CONQUER
:Secara rekursif, terapkan algoritma D-and-C pada masingmasing bagian.
– Pasangan
titik yang jaraknya terdekat ada tiga kemungkinan letaknya :
Pasangan
titik terdekat terdapat di bagian PLeft.
Pasangan
titik terdekat terdapat di bagian PRight.
Pasangan
titik terdekat dipisahkan oleh garis batas L, yaitu satu titik di PLeft dan
satu titik di PRight.
Jika kasusnya adalah (c), maka lakukan tahap COMBINE untuk mendapatkan jarak dua titik terdekat sebagai solusi persoalan semula.
§ Alamat web Program studi, Fakultas, Universitas : http://ti.ftik.teknokrat.ac.id, http://ftik.teknokrat.ac.id, www.teknokrat.ac.id
§ Nama Mahasiswa : NADIYA SAFITRI
§ NPM : 19316014
§ Kelas : Tk19B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar